'Mimpi buruk logistik' - bagaimana rasanya bagi para penggemar?

Piala Dunia selalu identik dengan negara tuan rumah, rangkaian pertujukan di acara tersebut, dan kesempatan bagi para tim dan penggemar untuk terlibat dalam budaya yang lebih luas.

Dengan adanya beberapa negara tuan rumah – keenam negara tersebut akan menerima tiket otomatis menjadi peserta Piala Dunia – kemungkinan besar banyak negara akan memiliki pengalaman berbeda di turnamen yang sama.

Jika proposal tersebut disetujui pada kongres FIFA tahun depan, Maroko akan menjadi negara Afrika kedua yang menjadi tuan rumah setelah Afrika Selatan pada tahun 2010.

Portugal akan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya, sementara Spanyol belum pernah lagi menjadi tuan rumah sejak tahun 1982.

Namun, apakah kegembiraan bagi mereka yang ingin menyaksikan secara langsung pertandingan itu dipengaruhi oleh skala dan biaya yang terkait dengan turnamen mendatang?

“Bagi seorang penggemar, ini akan menjadi mimpi buruk secara logistik,” kata penggemar sepak bola Inggris Garford Beck, yang melakukan perjalanan untuk menonton tim di turnamen besar, mengatakan kepada BBC Radio 5 Live.

“Sungguh mengerikan di Rusia, perjalanan dari Moskow ke Samara untuk perempat final memakan waktu 18 jam sekali jalan dengan kereta.

“Saya pikir apa yang tidak mereka pahami adalah bahwa para penggemar tidak menyukai turnamen di dua negara, apalagi di tiga hingga enam negara.”

Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui artikel dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia.

Piala Dunia FIFA 2030 akan menjadi edisi ke-24 Piala Dunia FIFA, turnamen sepak bola internasional empat tahunan yang diikuti oleh tim nasional senior pria anggota FIFA. Piala Dunia 2030 diseleggarakan di 6 negara yaitu Argentina, Maroko, Paraguay, Portugal, Spanyol, dan Uruguay. Turnamen edisi ini merupakan peringatan satu abad sejak Piala Dunia FIFA pertama yang diselenggarakan di Uruguay pada tahun 1930.

Pada tahun 2007, dicetuskan gagasan tawaran bersama Argentina-Uruguay untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2030. Tawaran tersebut diikuti oleh gerakan web yang mengklaim bahwa FIFA harus memberikan tawaran Hak kepada Uruguay untuk menjadi tuan rumah untuk mengenang 100 Tahun penyelenggaraan Piala Dunia FIFA yang pertama, yang laksanakan di Uruguay pada Piala Dunia FIFA 1930.

Gagasan ini dicetuskan oleh penduduk Uruguay yang menetap di Israel, Habel Fialko.[3] Olimpiade pertama yang diselenggarakan pada tahun 1896 di Athena, Yunani merupakan gagasan tersebut, karena 100 tahun setelah Pesta Olahraga Olimpiade di selenggarakan tidak di Athena, Yunani melainkan di Atlanta, Amerika Serikat. Kemudian, pada tahun 1997 ia membuat sebuah alamat web untuk menarik orang-orang pengguna Internet.[4]

Pada tanggal 18 November 2009, pada hari yang sama tim sepak bola nasional Uruguay berhasil lolos ke Piala Dunia FIFA 2010, datang media yang membuat FIFA senang karena Argentina-Uruguay sangat inisiatif untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2030[5] Beberapa hari kemudian, Pada tanggal 25 November 2009, dalam pertemuan presiden dari asosiasi nasional dan anggota Komite Eksekutif CONMEBOL, Asosiasi Sepak Bola Argentina dan Uruguay menerima dukungan bulat untuk tawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030.[6]

Pada 10 Juni 2010, hanya sehari sebelum pembukaan Piala Dunia 2010, sebuah delegasi khusus dari Kementerian Pariwisata dan Olahraga Uruguay bertemu dengan Joseph Blatter di Johannesburg, secara resmi mengajukan tawaran Uruguay dan Argentina sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030.[7]

Pada tanggal 31 Agustus 2017, Presiden Paraguay, Horacio Cartes, menyatakan rencana untuk bergabung dengan Argentina-Uruguay sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia 2030.[8] Rencana tersebut disetujui dan diumumkan pada tanggal 4 Oktober 2017 di Buenos Aires, Argentina. Kemudian pada tanggal 21 November 2017, federasi sepak bola ketiga negara (Argentina-Paraguay-Uruguay) resmi menandatangani kerja sama untuk pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2030.[9][10]

Setelah gagal dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2026, Maroko berencana mengajukan diri kembali untuk Piala Dunia 2030.

Pada bulan November 2018, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras, mencetuskan ide untuk menggelar Piala Dunia 2030 di Eropa Timur bersama Bulgaria, Rumania, dan Serbia.

Inggris sedang menjajaki kemungkinan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 bersama tiga negara bagiannya, yaitu Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara. Dikabarkan Irlandia berminat bergabung dalam pencalonan ini.

Wei Di, petinggi Asosiasi Sepak Bola China, berharap China menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030. Sebelumnya, China sempat ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026, namun terganjal peraturan, karena Piala Dunia 2022 sudah digelar di negara Asia, yaitu Qatar.

Setelah sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 dan gagal terpilih kembali untuk tahun 2022, Jepang berencana mengajukan kembali menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, ingin mengajak Korea Utara sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia 2030. Diharapkan hal ini dapat menjadi sarana perdamaian bagi kedua negara.

Australia - Indonesia - Malaysia - Singapura / Australia - Selandia Baru - Indonesia

Indonesia berencana mengajukan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, yang diperkirakan akan bersaing dengan Tiongkok dan Jepang. Indonesia mencoba untuk menggandeng Australia karena ketidaksiapan Thailand yang dikabarkan mengundurkan diri.[11]

FORMAT Piala Dunia 2030 yang akan diikuti 48 negara itu bakal menjadi yang paling unik. Pasalnya, FIFA akan menerapkan format baru untuk memperingati 100 tahun ajang sepakbola antar negara paling bergengsi itu.

Melansir laman resmi FIFA, Piala Dunia 2030 nantinya akan diselenggarakan di enam negara yang berada di tiga benua berbeda. Dewan FIFA secara resmi menyetujui pencalonan gabungan antara Maroko dari benua Afrika, serta Portugal dan Spanyol dari benua Eropa yang akan menjadi tuan rumah ajang empat tahunan tersebut.

Selain itu, untuk memperingati 100 tahun penyelenggaraan Piala Dunia, FIFA juga menetapkan ibu kota Uruguay, Montevideo sebagai tempat upacara perayaan ulang tahun ke-100 Piala Dunia.

Alasannya jelas karena Montevideo adalah tempat di mana Piala Dunia untuk pertama kalinya digelar pada 1930 silam.

Tidak hanya Uruguay, Argentina dan Paraguay juga ambil bagian dalam perayaan ini. Masing-masing negara di Amerika Selatan itu nantinya akan menggelar satu pertandingan pembuka Piala Dunia 2030.

Dengan begitu, Piala Dunia 2030 akan menjadi Piala Dunia pertama di mana diselenggarakan di enam negara berbeda.

Maroko, Portugal, dan Spanyol sebagai tuan rumah utama yang terpilih karena pencalonan gabungan. Sedangkan Uruguay, Argentina dan Paraguay akan menjadi tuan rumah untuk upacara perayaan dan hanya masing-masing hanya akan menggelar satu pertandingan saja.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Dalam hal jumlah peserta, Piala Dunia 2030 nantinya akan diikuti oleh 48 tim nasional dari berbagai benua seperti yang akan digunakan pada Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Mexico dan Kanada nanti.

Namun perlu diingat, dengan total ada enam negara yang secara resmi telah ditunjuk menjadi tuan rumah, maka enam slot Piala Dunia 2030 telah dipastikan diisi oleh Maroko, Portugal, Spanyol, Uruguay, Argentina, dan Paraguay.

Hanya ada 42 slot tersisa yang nantinya akan diperebutkan oleh setiap negara dari masing-masing konfederasi mulai dari Eropa, Asia, Afrika, Amerika, dan Amerika Selatan melalui babak kualifikasi.

Adapun Asia masih memiliki jumlah slot maksimal, yakni 8 slot. Eropa yang memiliki jatah 16 slot hanya menyisakan 14 saja. Afrika yang memiliki 9 slot berkurang menjadi 8. Amerika Selatan yang memiliki 6 slot berkurang menjadi 3 slot saja. Amerika Utara, Tengah, dan Kepulauan Karibia masih memiliki 6 slot, dan Oseania memiliki 1 slot.

Menarik untuk menantikan Piala Dunia 2030 dengan format yang unik itu.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Dalam hal jumlah peserta, Piala Dunia 2030 nantinya akan diikuti oleh 48 tim nasional dari berbagai benua seperti yang akan digunakan pada Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Mexico dan Kanada nanti.

Namun perlu diingat, dengan total ada enam negara yang secara resmi telah ditunjuk menjadi tuan rumah, maka enam slot Piala Dunia 2030 telah dipastikan diisi oleh Maroko, Portugal, Spanyol, Uruguay, Argentina, dan Paraguay.

Hanya ada 42 slot tersisa yang nantinya akan diperebutkan oleh setiap negara dari masing-masing konfederasi mulai dari Eropa, Asia, Afrika, Amerika, dan Amerika Selatan melalui babak kualifikasi.

Adapun Asia masih memiliki jumlah slot maksimal, yakni 8 slot. Eropa yang memiliki jatah 16 slot hanya menyisakan 14 saja. Afrika yang memiliki 9 slot berkurang menjadi 8. Amerika Selatan yang memiliki 6 slot berkurang menjadi 3 slot saja. Amerika Utara, Tengah, dan Kepulauan Karibia masih memiliki 6 slot, dan Oseania memiliki 1 slot.

Menarik untuk menantikan Piala Dunia 2030 dengan format yang unik itu.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Ada yang spesial dari helatan Piala Dunia 2030. Edisi tersebut menandai seabad turnamen dan akan digelar di tiga benua dan enam negara berbeda.

FIFA baru saja mengumumkan pemenang bidding untuk Piala Dunia 2030 dan 2034. Untuk 2030, Maroko, Portugal, dan Spanyol jadi tuan rumah, yang dilanjutkan Arab Saudi empat tahun kemudian.

Itu artinya untuk edisi beruntun, Piala Dunia akan digelar di tiga negara berbeda, setelah 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Namun, ada yang berbeda dari Piala Dunia 2030.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piala Dunia tersebut menandai ulang tahun ke-100 turnamen sepakbola paling akbar sejagad itu. Maka dari itu FIFA tidak cuma menggelarnya di tiga negara, tapi ada enam negara dari tiga benua berbeda yang mementaskan pertandingan!

Maroko, Portugal, dan Spanyol adalah tuan rumah Piala Dunia 2030. Tapi ada tambahan Uruguay, Argentina, dan Paraguay yang juga menggelar pertandingan.

Uruguay dipilih karena menjadi tuan rumah pertama Piala Dunia 1930 dan jadi juara dengan mengalahkan Argentina 4-2, sementara Paraguay adalah lokasi markas Federasi Sepakbola Amerika Latin (CONMEBOL).

Uruguay, Argentina, dan Paraguay masing-masing cuma dijatah masing-masing menggelar satu laga pembuka makanya tidak disebut sebagai tuan rumah. Maroko, Portugal, Spanyol, Uruguay, Argentina, dan Paraguay sendiri dipastikan lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2030.

Rencananya bakal ada 48 tim dan 104 pertandingan meramaikan Piala Dunia 2030.

"Tidak ada cara yang lebih baik untuk merayakan 100 tahun Piala Dunia di 2030 ketimbang menggelarnya di enam negara tiga benua, dengan dihadiri 48 tim dan 104 pertandingan luar biasa. Dunia akan bersama-sama merayakan 100 tahun Piala Dunia," ujar Presiden FIFA Gianni Infantino di Reuters.

"Selamat untuk para calon tuan rumah yang sudah berusaha keras. Tapi saya ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya untuk enam presiden konfederasi dan juga para timnasnya."

Piala Dunia 2030: Enam negara tuan rumah, lima zona waktu, dan tiga benua dalam satu turnamen

Enam negara. Lima zona waktu. Tiga benua. Dua musim yang berbeda. Satu turnamen, yaitu Piala Dunia 2030.

Usulan rencana perhelatan Piala Dunia tahun 2030 – yang akan digelar di Amerika Selatan, Afrika, dan Eropa – sulit dibayangkan menjadi sebuah kenyataan.

Jika terlaksana, ini akan menjadi pertama kalinya bagi kompetisi sepak bola antarnegara terbesar di dunia itu dimainkan di lebih dari satu benua.

Tahun 2002 menjadi yang pertama penyelenggaraan Piala Dunia digelar di lebih dari satu tuan rumah, yaitu di Korea Selatan dan Jepang.

Hal tersebut akan berubah ketika Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada menjadi tuan rumah pada tahun 2026 – namun apa yang dilakukan itu tidak akan menyamai skala pada Piala Dunia 2030.

Spanyol, Portugal dan Maroko ditunjuk sebagai tuan rumah bersama, namun tiga pertandingan pembukaan akan berlangsung di Uruguay, Argentina dan Paraguay – untuk menandai ulang tahun keseratus Piala Dunia.

Tapi bagaimana semuanya akan berjalan? Dan apa dampaknya bagi para pemain dan penggemar sepak bola di penjuru dunia?

BBC Sport membahas isu-isu utama terkait Piala Dunia 2030.

Piala Dunia 2030: Maroko, Portugal, Spanyol + Uruguay, Argentina, Paraguay

Maroko, Portugal, dan Spanyol adalah tuan rumah Piala Dunia 2023. Tapi ada tambahan Uruguay, Argentina, dan Paraguay yang juga menggelar pertandingan.

Kenapa tiga negara Amerika Latin itu yang dipilih? Sebab Uruguay adalah tuan rumah pertama Piala Dunia 1930 dan jadi juara dengan mengalahkan Argentina 4-2, sementara Paraguay adalah lokasi markas Federasi Sepakbola Amerika Latin (CONMEBOL).

Uruguay, Argentina, dan Paraguay masing-masing cuma dijatah masing-masing menggelar satu laga pembuka makanya tidak disebut sebagai tuan rumah. Maroko, Portugal, Spanyol, Uruguay, Argentina, dan Paraguay sendiri dipastikan lolos langsung ke putaran final Piala Dunia 2030.

Rencananya bakal ada 48 tim dan 104 pertandingan meramaikan Piala Dunia 2030.

"Tidak ada cara yang lebih baik untuk merayakan 100 tahun Piala Dunia di 2030 ketimbang menggelarnya di enam negara tiga benua, dengan dihadiri 48 tim dan 104 pertandingan luar biasa. Dunia akan bersama-sama merayakan 100 tahun Piala Dunia," ujar Presiden FIFA Gianni Infantino di Reuters.

"Selamat untuk para calon tuan rumah yang sudah berusaha keras. Tapi saya ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya untuk enam presiden konfederasi dan juga para timnasnya."

TRIBUNNEWS.COM - Negara di Asia-Oceania berpotensi mendapat jatah penyelenggaraan Piala Dunia tahun 2034.

Di sisi lain, Arab Saudi menyatakan kesiapan diri menjadi tuan rumah pesta sepak bola dunia empat tahun sekali.

Saat ini FIFA telah memutuskan enam negara sebagai venue penyelenggaraan Piala Dunia 2030.

Enam negara yakni Spanyol, Portugal dan Maroko sebagai tuan rumah bersama ditambah Uruguay, Paraguay dan Argentina sebagai laga pembuka.

Penambahan Uruguay, Paraguay dan Argentina sebagai tempat pelaksanaan Piala Dunia 2030  lantaran berbarengan dengan 100 tahun ajang Piala Dunia digelar.

Baca juga: Bedah Skema Timnas Indonesia Ala Shin Tae-yong Lawan Brunei Darussalam, 4-2-3-1 atau 3-4-1-2?

Lantas pengajuan diri Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 secara tidak langsung membuka peluang Indonesia ikut menjadi tuan rumah bersama.

Demikian karena FIFA belum mengetok palu terhadap tempat event bergengsi yang digelar pada 2034.

Seperti sebuah mimpi sekaligus misi Timnas Indonesia berkiprah kembali di Piala Dunia, setelah terakhir pada 1938 di Prancis ikut serta dengan nama Hindia Belanda.

Shin Tae-yong (STY), pelatih Timnas Indonesia pun ingin mencetak sejarah dengan menargetkan timnas lolos ke Piala Dunia 2026 memanfaatkan delapan slot wakil Asia.

Keseriusan STY tersebut bahkan sudah terlihat dengan mengantar Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 dan Piala Asia U23 2024.

Sembari memperkokoh skuad muda dan senior, STY berharap misinya tersebut bisa terwujud dengan kerjasama berbagai pihak tak hanya pemain dengan ofisial.

"Setelah ini akan fokus ke senior untuk FIFA Matchday dan Piala Asia," ucap shin Tae-yong setelah menanggapi batalnya Piala Dunia U20 digelar di Indonesia, dikutip dari BolaSport.com.

"Saya akan mempersiapkan tim senior agar bisa masuk di Piala Dunia, ada 8 tiket untuk wakil Asia," tambahnya.

"Saya akan berusaha mencetak sejarah."

diselenggarakan di enam negara: Spanyol, Portugal, Maroko, Uruguay, Argentina, dan Paraguay. Keputusan diambil dalam kongres federasi anggota FIFA, menandai pertama kalinya Piala Dunia digelar di tiga benua sekaligus (Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan).

Meskipun enam negara menjadi tuan rumah, hanya satu negara yang akan menyelenggarakan pertandingan final. Tiga stadion utama bersaing mendapatkan kehormatan tersebut: Estadio Santiago Bernabeu di Madrid,  Camp Nou di Barcelona,  dan Grand Stade Hassan II di Casablanca.

Spanyol, yang telah lama berambisi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030,  menginginkan final digelar di Santiago Bernabeu, stadion milik Real Madrid, seperti yang terjadi pada Piala Dunia 1982. Camp Nou,  stadion milik Barcelona, dengan kapasitas 105.000 penonton, juga menjadi pilihan alternatif, meskipun kemungkinan besar akan menjadi tempat semifinal.

Maroko juga berambisi menjadi tuan rumah final di Casablanca, di stadion baru yang akan menjadi stadion terbesar di dunia dengan kapasitas 115.000 penonton. Namun, stadion ini masih dalam tahap pembangunan dan belum dipastikan akan terpilih.

Sementara itu, Portugal memiliki tiga stadion yang siap menjadi tuan rumah: Estadio do Dragao di Porto,  Estadio Jose Alvalade di Sporting Lisbon, dan Estadio da Luz di Benfica. Ketiga stadion ini memiliki kapasitas kurang dari 80.000 penonton, dengan Estadio da Luz menjadi yang terbesar dengan kapasitas sekitar 85.000.

FIFA masih akan menentukan jumlah pertandingan yang akan dimainkan di masing-masing negara tuan rumah. Penawaran yang diajukan keenam negara mencakup total 20 stadion. Menurut sumber terpercaya, kedekatan Presiden Real Madrid, Florentino Perez dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, diperkirakan akan menjadi faktor penting dalam menentukan stadion final.

Pilihan final Piala Dunia 2030 masih menjadi misteri. Namun, Santiago Bernabeu di Madrid tetap menjadi unggulan kuat untuk menjadi tuan rumah pertandingan puncak turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia tersebut.

Jules Rimet, trofi Piala Dunia ditampilkan saat pengundian kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa di markas FIFA, Zurich, Swiss, Selasa (8/12/2020) dini hari WIB.

Banyak pihak yang bertanya-tanya tentang keputusan FIFA menyelenggarakan Piala Dunia 2030 di enam negara yang meliputi tiga konfederasi. Dengan memahami asas keadilan yang FIFA pegang teguh untuk kesempatan menjadi penyelenggara pesta sepak bola terakbar itu, maka jawabannya hanya satu: FIFA ingin segera mengembalikan Piala Dunia ke Asia.

Setelah duta Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Qatar, sukses menyelenggarakan Piala Dunia 2022, FIFA telah bersiap menyambut Piala Dunia 2026 di tiga negara anggota Konfederasi Sepak Bola Amerika Tengah dan Utara (Concacaf), yaitu Amerika serikat, Kanada, dan Meksiko. Alhasil, tuan rumah Piala Dunia selanjutnya berasal dari Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan.

Jika masih tetap mengandalkan urutan itu, Asia baru kembali menjadi panggung bagi persaingan pesepak bola terbaik di muka bumi pada Piala Dunia 2042. Artinya, Piala Dunia kembali ke Tanah Asia setiap dua dekade. Sebelumnya, Korea Selatan-Jepang menggelar Piala Dunia edisi 2002.

Dengan kesuksesan Qatar yang dianggap FIFA sebagai Piala Dunia terbaik, baik dari sisi penyelenggaraan, pembangunan infrastruktur sepak bola, hingga pendapatan komersial, menanti selama 20 tahun untuk ”pulang” ke Asia adalah periode yang terlalu lama. Apalagi, Asia tengah memiliki pusat-pusat perekonomian baru yang berlomba-lomba membangun citra positif di dunia olahraga, seperti China, Arab Saudi, India, hingga negara kawasan Asia Tenggara.

Baca juga : Tiga Negara Mediterania Gelar Piala Dunia FIFA Edisi 100 Tahun

Kondisi perekonomian dan fanatisme besar Asia terhadap sepak bola adalah pasar yang besar bagi FIFA. Terlebih lagi seiring penambahan jumlah peserta Piala Dunia 2026 yang mulai melibatkan 48 peserta, AFC memiliki slot lolos langsung delapan tim yang hanya kalah dari UEFA (16 tim) dan Konfederasi Sepak Bola Afrika (9 tim).

Dalam pengumuman tuan rumah Piala Dunia 2030, Rabu (4/10/2023), FIFA menunjuk Spanyol, Portugal, dan Maroko sebagai tuan rumah, lalu Uruguay, Argentina, dan Paraguay menyelenggarakan tiga laga pembuka yang diberi tajuk perayaan pertandingan seabad atau centenary. Itu menunjukkan FIFA langsung menggabungkan jatah tuan rumah tiga konfederasi dalam satu edisi Piala Dunia.

Tak ayal, putaran giliran Piala Dunia pada edisi 2034 kembali ke Asia. Itu membuat FIFA juga mengumumkan telah membuka pendaftaran tuan rumah Piala Dunia 2034 dari AFC dan Konfederasi Sepak Bola Oceania (OFC).

Pembukaan pendaftaran Piala Dunia 2034 langsung disambut oleh Arab Saudi. Sebelumnya, Saudi sempat tertarik menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 dengan bermitra bersama Mesir dan Yunani, tetapi rencana itu urung terjadi karena Presiden FIFA Giannia Infantino enggan mengubah aturan agar anggota AFC bisa menjadi tuan rumah dengan jarak delapan tahun dari Qatar 2022.

Baca juga: Akhir Cerita Qatar dan Kejutan pada Piala Dunia 2026

Sebagai gantinya, Arab pun fokus mengubah citra sebagai magnet baru pesepak bola dunia. Sejak mendatangkan Cristiano Ronaldo awal 2023, kini Liga Saudi telah dihuni pemain-pemain terbaik, di antaranya Neymar Jr dan Karim Benzema.

Pangeran Abdulaziz bin Turki al-Faisal, Menteri Olahraga Saudi sekaligus Presiden Komite Olimpiade dan Paralimpiade Saudi, mengungkapkan, negaranya telah mengirimkan pengajuan resmi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.

Suporter Arab Saudi berpose di luar Stadion Lusail, Qatar, sebelum menonton pertandingan Piala Dunia 2022 antara Argentina melawan Arab Saudi, Selasa (22/11/2022).

Menyelenggarakan Piala Dunia FIFA di 2034 akan menolong kami mencapai mimpi kami menjadi negara unggul di dunia olahraga dan menjadi tonggak signifikan bagi transformasi negara.

”Menyelenggarakan Piala Dunia FIFA di 2034 akan menolong kami mencapai mimpi kami menjadi negara unggul di dunia olahraga dan menjadi tonggak signifikan bagi transformasi negara,” ujar Abdulaziz dilansir Saudi Gazette, Kamis (5/10/2023).

Hal serupa juga disampaikan Presiden Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) Yasser al-Misehal. ”Kami percaya (2034) adalah masa yang tepat bagi Arab Saudi menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA. Pengajuan kami didorong oleh kecintaan kepada permainan dan hasrat untuk melihat sepak bola tumbuh di setiap sudut dunia,” kata Yasser.

Baca juga: Durasi Turnamen Piala Dunia 2026 Kembali Normal

Pencalonan Saudi juga telah mendapat dukungan dari Presiden AFC Shaikh Salman al-Khalifa. Ia menuturkan, AFC optimistis Saudi bisa menjadi negara penyelenggara Piala Dunia yang luar biasa. Sebelum menggelar Piala Dunia, Saudi menjadi tuan rumah Piala Asia 2027.

”Kami penuh percaya diri SAFF akan menyajikan Piala Asia yang luar biasa dan mendorong keyakinan yang sama untuk mewujudkan Piala Dunia yang tak terlupakan,” ucap Salman dilansir laman AFC.

Suporter bersorak saat pertandingan Liga Arab Saudi antara Al-Nassr dan Al-Fateh di Stadion King Saud University, di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (31/5/2023).

Saudi dianggap tidak akan kesulitan untuk menyediakan 14 stadion sepak bola kelas wahid dengan kapasitas 40.000-80.000 kursi. Selain itu, FIFA juga menginginkan negara tuan rumah Piala Dunia 2034 memiliki 72 fasilitas latihan sepak bola elite serta puluhan hotel bintang lima di sekitar stadion dan lokasi latihan.

Selain Saudi, China juga memiliki kans mencalonkan diri untuk menggelar Piala Dunia 2034. Tetapi, Pemerintah China belum pernah menunjukkan ketertarikan menjadi tuan rumah Piala Dunia, baik itu dalam forum formal maupun informal, bersama AFC.

Duet Australia dan Selandia Baru, yang mencetak rekor sebagai tuan rumah tersukses Piala Dunia Putri 2023 merujuk jumlah penonton langsung, juga berpeluang untuk mencalonkan diri. Di sisi lain, empat negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam, juga sempat membahas wacana bermitra untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 pada rapat dewan AFF 2018 lalu.

Baca juga : Kuartet Amerika Selatan Ajukan Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2030

”Kesempatan kami (ASEAN) untuk mengajukan diri memiliki kekuatan karena tiga hingga empat negara bisa mendaftar bersama. Untuk itu, perlu konsolidasi infrastruktur dan kekuatan sepak bola negara-negara ASEAN,” kata mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, Tengku Abdullah Sultan Ahmad Shah, yang kini menjabat Raja Malaysia, dilansir The Strait Times beberapa waktu lalu.

Dari enam tuan rumah Piala Dunia 2030, Spanyol adalah satu-satunya negara yang paling siap untuk menyambut Piala Dunia edisi ke-24 itu. Maroko dan Portugal masih perlu mendapat inspeksi penilaian dari FIFA untuk merenovasi stadion yang telah ada hingga menentukan berapa stadion baru yang dibutuhkan.

Arsip foto tanggal 12 Maret 2020 menunjukkan suasana di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol.

Kesiapan Spanyol itu tak lepas dari inisiatif klub-klub besar untuk merenovasi kandang mereka. Real Madrid, misalnya, telah merampungkan proses renovasi Stadion Santiago Bernabeu. Begitu pun Valencia yang mengemas wajah baru Stadion Mestalla.

Barcelona tak mau ketinggalan. Mereka telah memulai peruntuhan Stadion Camp Nou untuk hadir dengan desain lebih modern dan kapasitas lebih besar yang diharapkan rampung pada 2025. Spanyol pernah menggelar Piala Dunia 1982.

”Kegembiraan dirasakan oleh seluruh warga Spanyol karena bisa menyelenggarakan kembali Piala Dunia setelah hampir 50 tahun. Saya yakin bersama Maroko dan Portugal, kami akan menggelar Piala Dunia terbaik dalam sejarah,” tutur Presiden Interim Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) dilansir laman federasi.

Baca juga : Warisan Dongeng Qatar untuk Piala Dunia 2026

Merujuk laporan berbagai sumber, kegagalan trio Amerika Selatan, yaitu Uruguay, Argentina, dan Paraguay, mencalonkan diri secara resmi untuk tuan rumah Piala Dunia 2030 disebabkan mereka gagal memenuhi kuantitas standar stadion dan lapangan latihan yang dicanangkan FIFA. Untuk mengenang sejarah Piala Dunia perdana 1930 yang digelar di Uruguay, FIFA memberikan kehormatan kepada tiga negara itu menggelar pertandingan pembuka Piala Dunia edisi seabad.

Selain terkait infrastruktur, FIFA juga berhati-hati menunjuk negara Amerika Selatan dan Afrika untuk menggelar Piala Dunia secara tunggal. Itu didasari sejumlah proyek stadion yang terbengkalai setelah Afrika Selatan 2010 dan Brasil 2014.

Arsip foto tanggal 5 April 2021 tentang situasi Stadion Camp Nou di Barcelona, Spanyol, saat matahari tenggelam.

Presiden Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) Claudio Tapia mengakui, negara-negara Amerika Selatan gagal mengajukan diri untuk Piala Dunia 2030 akibat tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah dan kepastian investasi pembangunan infrastruktur.

Dalam hasil penilaian FIFA, tiga negara, yakni Uruguay, Argentina, dan Paraguay, masing-masing hanya memiliki satu stadion yang memenuhi syarat menggelar Piala Dunia meskipun harus pula melalui tahap renovasi. Ketiadaan infrastruktur itu telah lebih dulu membuat Chile menarik diri dari paket pencalonan itu.

”Saya tetap berterima kasih kepada Alejandro Dominguez (Presiden Conmebol) dan FIFA yang memahami situasi kami dan tetap memberikan kepercayaan agar Piala Dunia kembali ke tempat turnamen dimulai,” ucap Tapia seperti dikutip TyC Sports.

Bagaimana dengan isu seputar perjalanan, penjadwalan & lingkungan?

Rincian pelaksanaan Piala Dunia 2023 lebih lanjut akan diungkapkan pada waktunya.

Tetapi, jelas akan diperlukan perjalanan ekstra yang signifikan bagi semua yang terlibat – termasuk para penggemar yang ingin menyaksikan tim mereka berlaga.

Segala perencanaan untuk acara tersebut harus ditunda sampai informasi seputar tuan rumah dan jadwalnya dirilis.

Jika hal ini terjadi, perpindahan yang diperlukan antar benua dan antar negara akan memakan biaya yang sangat besar.

Penjadwalannya juga bisa menjadi masalah bagi mereka yang menonton dari jauh, tentunya pada tahap awal, dengan perbedaan waktu lima jam antara Paraguay dan Spanyol.

Hal ini memberikan kendala tambahan bagi para pemain yang bertarung di pertandingan pembukaan di Amerika Selatan, dengan waktu penerbangan rata-rata sekitar 13 jam antara Argentina dan Spanyol.

Perjalanan ekstra ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen FIFA terhadap isu keberlanjutan (sustainability) setelah mereka mengeklaim bahwa Piala Dunia di Qatar 2022 akan karbon netral, yang disebut “berbahaya dan menyesatkan” oleh para aktivis lingkungan hidup.

Berdasarkan perkiraan badan sepak bola dunia itu sendiri, Piala Dunia 2026 – yang diprediksi akan menghasilkan potensi peningkatan keuntungan mencapai hampir Rp10 triliun (£521 juta) – akan menjadi turnamen dengan emisi paling besar yang pernah diselenggarakan.

Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan keputusan untuk memperluas Piala Dunia didorong oleh kebutuhan agar turnamen tersebut “lebih inklusif” dan “sama sekali bukan perebutan uang hingga kekuasaan”.

FIFA mengatakan kepada BBC Sport bahwa pihaknya "sepenuhnya menyadari bahwa perubahan iklim adalah salah satu tantangan paling mendesak di zaman kita dan percaya bahwa hal ini mengharuskan kita untuk segera mengambil tindakan iklim yang berkelanjutan".

Ia menambahkan: "FIFA juga sepenuhnya menyadari dampak dari peristiwa besar terhadap perekonomian, lingkungan alam dan masyarakat serta komunitas, dan telah melakukan upaya besar untuk mengatasi dampak tersebut."

Badan penyelenggara mengatakan pihaknya "akan menerapkan strategi keberlanjutan yang kuat untuk acara tersebut.

FIFA akan melakukan segala kemungkinan untuk memaksimalkan pengalaman tim, penggemar, dan ofisial sambil meminimalkan dampak terhadap lingkungan."

Bisakah satu negara menggelar Piala Dunia yang diikuti 48 tim?

Uruguay, Paraguay dan Argentina. Masing-masing negara itu akan menjadi tuan rumah satu pertandingan di awal turnamen Piala Dunia 2030 mendatang, untuk menandai 100 tahun kompetisi ini yang pertama kali diadakan di Montevideo.

Ibukota Uruguay itu akan menggelar pertandingan pembuka pada tahun 2030, dan disusul pertandingan di Argentina dan Paraguay.

Sisa laga turnamen yang diikuti 48 tim tersebut akan berlangsung di Afrika bagian utara dan Eropa.

Artinya, setelah pertandingan awal di Amerika Latin itu selesai, turnamen akan dibagi ke tiga negara – seperti yang direncanakan untuk Piala Dunia 2026.

Bukan hanya itu, negara peserta Piala Dunia juga akan ditambah menjadi 48 tim, yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada Piala Dunia 2026 di 16 kota tuan rumah AS, Meksiko, dan Kanada.

Hal ini, seiring dengan keputusan FIFA untuk mempertahankan format grup yang terdiri dari empat tim, berarti jumlah pertandingan akan bertambah dari 80 menjadi 104, bersamaan dengan diperkenalkannya babak 32 besar yang baru.

Meskipun hanya satu dari 22 pelaksanaan Piala Dunia sebelumnya yang memiliki lebih dari satu negara tuan rumah, peningkatan skala turnamen ini memiliki arti bahwa penawaran dari multi-negara mungkin menjadi lebih menarik bagi calon negara tuan rumah.

Akankah ini benar-benar terjadi dalam dua musim?

Pergantian belahan bumi berarti bahwa beberapa tim mungkin akan mengalami skenario aneh dengan bermain di dua musim berbeda pada Piala Dunia yang sama.

Mereka yang akan tampil di salah satu dari tiga pertandingan pembukaan di Amerika Selatan sebelum melanjutkan sisa turnamen mereka di Eropa atau Afrika Utara – akan beralih dari musim dingin ke musim panas dalam hitungan hari.

Pada bulan Juni, Uruguay mengalami suhu rata-rata sejuk antara 8C dan 15C di musim dingin, sementara pada saat yang sama suhu di Maroko bisa mencapai di atas 30C.

Negara tetangganya, Argentina, memiliki suhu yang sama dengan Uruguay, sedangkan di utara, Paraguay memiliki rata-rata suhu tertinggi 23C.

Namun suhu tersebut masih jauh lebih dingin dibandingkan musim panas yang diperkirakan terjadi di beberapa wilayah Spanyol dan Portugal, seperti Maroko, yang memiliki rata-rata suhu maksimum harian sekitar 35 derajat Celcius pada bulan Juli.

Piala Dunia 2030 menandai seabad turnamen tersebut. Maka Piala Dunia pun harus digelar secara spesial juga di tiga benua dan enam negara berbeda.

FIFA baru saja mengumumkan pemenang bidding untuk Piala Dunia 2030 dan 2034. Untuk 2030, Maroko, Portugal, dan Spanyol jadi tuan rumah, yang dilanjutkan Arab Saudi empat tahun kemudian.

Itu artinya untuk edisi beruntun, Piala Dunia akan digelar di tiga negara berbeda, setelah 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Namun, ada yang berbeda dari Piala Dunia 2030.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piala Dunia tersebut menandai ulang tahun ke-100 turnamen sepakbola paling akbar sejagad itu. Maka dari itu FIFA tidak cuma menggelarnya di tiga negara, tapi ada enam negara dari tiga benua berbeda yang mementaskan pertandingan!